UBI JALAR UNGU (Ipomea batatas)
SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNA ALAMI
MAKANAN
Tugas Paper Taksonomi Tumbuhan
Pengampu :
1.
Dr. Ir Amin Retnoningsih, Msi
2.
Dr. Chasnah
oleh
Ayu Alfiyah 4401412052
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NE
SEMARANG
2014
UBI JALAR
UNGU (Ipomea
batatas)
SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNA ALAMI MAKANAN
II.
III.
ABSTRAK
Banyaknya
penggunaan pewarna sintetis untuk makanan, dewasa ini semakin meresahkan konsumen.
Pewarna sintetis untuk makanan sangat berbahaya untuk kesehatan karena
kandungan logam berat dan bersifat karsiogenik. Oleh karena itu, dilakukan
pencarian alternatif pewarna alami untuk makanan. Zat pewarna alami yang
berpotensi untuk diekstrak adalah antosianin dari ubi jalar ungu. Salah satu pigmen yang dapat diekstrak dari
sumber bahan alami adalah antosianin yang termasuk golongan senyawa flavonoid.
Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru sampai ungu pada
beberapa bunga, buah dan daun. Antosianin
adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam
pelarut-pelarut polar. Kandun-gan antosianin (zat pewarna) yang tinggi
pada pada ubi jalar ungu serta mempunyai stabilitas yang tinggi dibanding
antosianin dari sumber lain, membuat tanaman ini sebagai pilihan yang lebih
sehat dan sebagai alternative pewarna alami. Disamping itu antioksidan
mempunyai fungsi sebagai antioksidan,antikanker dan dapat memperlancar
peredaran darah. Karena warnanya yang unik telah banyak produsen menggunakan
umbi ubi jalar sebagai bahan dasar olahan makanan atau hanya memanfaatkan
warnanya saja sebagai pewarna makanan.
Key word : ubi
jalar ungu, antosianin, pewarna alami,
IV.
PENDAHULUAN
Penentuan mutu bahan makanan pada
umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa,warna,
tekstur dan nilai gizinya, disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat
mikrobiologis, tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual
faktor warna tampil lebih dahulu dan kadangkadang sangat menentukan (Winarno,1997
dalam Sri
Winarti, 2008).
Penggunaan
bahan tambahan pada pangan khususnya pewarna banyak mendapat sorotan karena
produsen pangan olahan terutama skala industri rumah tangga banyak
menyalahgunakan pewarna yang sebenarnya bukan untuk pangan. Alasan utama penyalahgunaan
tersebut adalah karena pewarna food grade harganya relatif mahal sehingga
biaya produksi juga akan menjadi lebih mahal. Disamping itu beberapa pewarna sintetikpun
ternyata tidak aman digunakan untuk pangan karena sifatnya yang toksik, bahkan
beberapa diantaranya bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, perlu dicari
sumbersumber pewarna alami yang dapat digunakan dalam pengolahan pangan
sehingga dihasilkan pewarna yang aman dengan harga relatif murah.Salah satu
pigmen yang dapat diekstrak dari sumber bahan alami adalah antosianin yang
termasuk golongan senyawa flavonoid. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna
merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun (Andersen dan Bernard, 2001).
Tabel
1 memberikan ringkasan tentang sifat-sifat umum dari berbagai pigmen/pewarna
alami. Bila dibandingkan dengan pewarna-pewarna sintetis penggunaan pewarna
alami mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain :
1. Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan
2. Konsentrasi pigmen rendah
3. Stabilitas pigmen rendah
4. Keseragaman warna kurang baik
5. Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis
Tabel 1. Ringkasan sifat-sifat berbagai pigmen
alamiah*
|
Golongan
pigmen
|
Jumlah
senyawa
|
Warna
|
Sumber
|
Larut
dalam
|
Kestabilian
|
|
Antosianin
|
120
|
Orange, merah
|
Tanaman
|
Air
|
Peka terhadap pH dan panas
|
|
Flavonoid
|
600
|
Tak berwarna
|
Sebagian besar tanaman
|
Air
|
Agak tahan panas
|
|
Beta antosianin
|
20
|
Tak berwarna
|
Tanaman
|
Air
|
Tahan panas
|
|
Tanin
|
20
|
Tak berwarna
|
Tanaman
|
Air
|
Tahan panas
|
|
Betalain
|
70
|
Kuning, merah
|
Tanaman
|
Air
|
Peka terhadap panas
|
|
Kuinon
|
200
|
Kuning – hitam
|
Tanaman,Bakteri dan algae
|
Air
|
Tahan panas
|
|
Xanton
|
20
|
Kuning
|
Tanaman
|
Air
|
Tahan panas
|
|
Karotein
|
300
|
Tak berwarna, kuning,dan merah
|
Tanaman dan hewan
|
Lemak
|
Tahan panas
|
|
Kholofil
|
25
|
Hijau, coklat
|
Tanaman
|
Air, dan lemak
|
Peka terhadap panas
|
|
Pigmen heme
|
6
|
Merah, coklat
|
Hewan
|
Air
|
Peka terhadap panas
|
*
Clydesdale & Francis (1976).
Satu
contoh pigmen zat pewarna yang diperoleh dari bahan alami antara lain (Hidayat,
N., & Saati, E.A., 2006) :
Antosianin
Zat warna (pigmen) ini larut dalam air
dan warnanya oranye, merah dan biru sampai ungu. Secara alami terdapat dalam
anggur, stawberry, rasberry, apel, bunga ros, dan ubi jalar. Biasanya
buah-buahan dan sayuran warnanya tidak hanya ditimbulkan oleh satu macam pigmen
antosianin saja, tetapi kadang-kadang sampai 15 macam pigmen seperti
pelargonidin, sianidin, peonidin dan lain-lain yang tergolong
glikosida-glikosida antosianidin.
Antosianin banyak menarik perhatian
untuk dipakai sebagai pengganti zat warna sintesis amaranth (FD & C Red No.
2) yang dilarang di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Pada suasana
asam antosianin sama dengan warna amaranth, tetapi jika pH bahan di atas 4
warna dapat cepat berubah. Antosianin juga tidak tahan terhadap asam askorbat,
metal-metal dan cahaya. Tetapi untuk sirop, nektar dan esen buah-buahan,
penambahan garam alumunium sampai 200 ppm dapat membantu menstabilkan warnanya.
Antosianin dan antosianin
tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada umumnya larut dalam air.
Flavonoid mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon.
Ketiga atom karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk
cincin di antara dua cincin benzena.
Dalam tanaman terdapat dalam bentuk
glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa,
ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat,
antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula.
Pada pH rendah (asam) pigmen
berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi
biru. Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen
yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila ada bunga mawar pigmennya
berupa garam asam, sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral. Konsentrasi
pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna (hue). Pada
konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi
pekat berwarna merah, dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak
mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan
keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. misalnya pada
pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih
(dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet, tetapi bila
ditambahkan cuka warna akan menjadi merah terang kembali. Tetapi jarang makanan
mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa
kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pengalengan bahan yang
mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet dan biasanya dijumpai pada
bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Antosianin, menghasilkan warna merah,
oranye, ungu, biru, kuning, banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti
buah anggur, strawberry, duwet, bunga mawar, kana, rosella, pacar air, kulit manggis, kulit,rambutan, ubi jalar ungu, daun bayam merah,dll.
Syahrial dan Hanum (2008) (dalam Sulastri,2013) melaporkan bahwa umbi ubi jalar ungu hasil budidaya
petani Saree Aceh Besar juga positif mengandung flavonoid dan memiliki
aktivitas antioksidan.
Ubi Jalar Ungu
|
Klasifikasi ubi jalar ungu
|
Kerajaan:
|
|
|
Divisi:
|
|
|
Kelas:
|
|
|
Ordo:
|
|
|
Famili:
|
|
|
Genus:
|
|
|
Spesies:
|
Ipomoea batatas
|
Morfologi
Ubi jalar termasuk
tanaman dikotiledon (biji berkeping dua). Selama pertumbuhannya, tanaman
semusim ini dapat berbunga, berbuah, dan berbiji. Sosok pertumbuhannya terlihat
seperti semak atau menjalar bagai liana.
Ciri
tanaman ubi jalar yaitu sebagai berikut:
a. Batang tidak berkayu
b. Daun berbentuk jantung atau hati
c. Bunga berbentuk terompet
d. Berbuah kapsul dan berbiji pipih
e. Berakar serabut dan berakar lumbung
f. Umbi bervariasi
Tekstur utama ubi jalar
dapat dibedakan setelah umbinya dimasak,
ada tiga tipe tekstur umbi, yaitu:
a. Daging umbi padat, kesat, dan
bertekstur baik;
b. Daging umbi lunak, lembap dan
lengket; serta
c. Daging umbi kasar, dan berserat.
Distribusi Ubi jalar
Ubi jalar ungu merupakan salah satu komoditas pangan
berkabohidrat yang cukup mudah ditemukan di Indonesia. Asalnya dari Amerika Selatan tropis dan, yang
masih diperdebatkan, Papua. Kalangan yang tidak menyetujui asal muasal ubi
jalar dari Papua berpendapat bahwa orang Indian telah berlayar menuju ke barat
melalui Samudra Pasifik dan membantu menyebarkan ubi jalar ke Asia.
Kandungan dan manfaat
Antosianin
mempunyai fungsi fisiologis misalnya antioksidan, antikanker, antibakteri,
perlindungan terhadap kerusakan hati, penyakit jantung dan stroke. Ubi jalar
ungu bias menjadi antikanker karenadi-dalamnya terdapat zat aktif yang
dinamakan selenium dan iodine yang dua puluh kali lebih tinggi dari jenis ubi
yang lainnya.ubi jalar ungu memiliki aktifitas anti oksidan dan antibakteri 2,5
dan 3,2 kali lebih tinggi dari pada bebera-pavarietas ubi jalar lainnya.
Karbohidrat
merupakan kandungan utama dari ubi jalar. Selain itu, ubi jalar juga mengandung
vitamin C , mineral, fitokimia (antioksidan) dan serat (pektin, selulosa,
hemiselulosa).(Najiyati, 1998)
hemiselulosa).(Najiyati, 1998)
Ubi jalar merupakan
sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi yang banyak di
konsumsi sebagai bahan pangan. Ubi jalar
juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam ubi
jalar antara lain : vitamin A, vitamin C, thiamin (B1) dan riboflavin (B2),
sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar antara lain : zat besi (Fe),
fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na).
Antosianin bermanfaat
bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai antioksidan,
antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati. Kandungan nutrisi ubi jalar
ungu juga lebih tinggi dibandingkan ubi jalar jenis lain terutama kandungan
lisin, Mg, K, dan Zn. Ubi jalar ungu banyak digunakan sebagai bahan baku produk
dalam industri pewarna, es krim dan roti. (Monika Marpaung,2011).
Kandungan
betakaroten dan vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker dan
beragam penyakit kardiovaskuler. Kandungan serat dan pektin di dalam ubi jalar
sangat baik untuk mencegah ganguan pencernaan seperti wasir, sembelit hingga
kanker kolon (Sutomo, 2007 dalam Paramitha dkk.2012).
Menurut
Cahyono (2007) dikatakan bahwa dalam setiap 100 gr bahan yang dimakan ubi
jalar mengandung betakaroten sebanyak 7700 SI. Betakaroten sering disebut
dengan pro-vitamin A yang diolah terlebih dulu oleh tubuh agar dapat menjadi
vitamin A. Vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu hamil trimester kedua untuk
menjaga imun, menjaga tulang, gigi, kulit dan rambut yang sehat sedangkan
untuk janin adalah untuk saraf dalam otak, membentuk selaput sel dan
penglihatan (West, 2010 dalam Paramitha 2012).
Tabel
2.Kandungan gizi 2 jenis ubi jalar :
|
Kandungan gizi
|
Warna
ubi
|
|
|
Putih
|
Ungu
|
|
|
Air
(%)
|
62,24
|
70,46
|
|
Abu
(%)
|
0,93
|
0,84
|
|
Pati
(%)
|
28,79
|
12,64
|
|
Protein
(%)
|
0,89
|
0,77
|
|
Gula
reduksi (%)
|
0,89
|
0,3
|
|
Serat
kasar (%)
|
0,32
|
3
|
|
Lemak
(%)
|
2,5
|
0,94
|
|
Vit.
C (mg/100mg)
|
0,77
|
21,43
|
|
Antosionin
(mg/100mg)
|
28,680,06
|
110,51
|
Sumber:
Direktorat Gizi Depkes RI, 1981 dalam Sutrisno
Penyakit pada Ubi Jalar
Tabel 3.Mikroorganisme yang diisolasi dari singkong atau ubi rusak
|
Organisme
|
Penyakit
|
|
Bacillus sp.
|
Minor
basah busuk
|
|
Pasca
Panen kerusakan sekunder
|
|
|
Corynebacterium manihot
|
Root
fermentasi
|
|
Armillanella (armillana) mellea
|
Young akar
nekrosis
|
|
Minor
kering membusuk
|
|
|
Aspergillus spp.
|
Pasca
Panen kerusakan sekunder
|
|
Circinella sp.
|
Pasca
Panen pembusukan
|
|
Clitocybe tabescens
|
Akar
membusuk
|
|
Cylindrocarpon candidum
|
Pasca
Panen kerusakan
|
|
Diplodia manihotis
|
Akar
membusuk
|
|
Erwinia sp.
|
Minor
basah busuk
|
|
Young akar
nekrosis
|
|
|
Fusarium spp.
|
Minor
basah busuk
|
|
Ganoderma pseudoferrum
|
Merah akar
membusuk
|
|
Geotricum candida
|
Root
fermentasi
|
|
Helicobasidium compactum
|
Minor
kering membusuk
|
|
Lasiodiplodia theobromae
|
Pasca
Panen kerusakan sekunder
|
|
Mucor sp.
|
Pasca
Panen pembusukan
|
|
Penicillium spp.
|
Pasca
Panen pembusukan
|
|
Phaeolus manihotis
|
Akar
membusuk
|
|
Phytophthora spp.
|
Young akar
nekrosis
|
|
Basah
membusuk
|
|
|
Pythium sp.
|
Young akar
nekrosis
|
|
Minor
basah busuk
|
|
|
Rhizoctonia sp.
|
Akar
membusuk
|
|
Rhizopus spp.
|
Pasca Panen
kerusakan sekunder
|
|
Rigidoporous (Fomes lignosis)
|
Akar putih
|
|
Rosellinia spp.
|
Hitam
membusuk
|
|
Scleroinia sp.
|
Young akar
nekrosis
|
|
Sclerotium rolfsli
|
Young akar
nekrosis
|
|
Minor
kering membusuk
|
|
|
Sphaceloma manihoticola
|
Minor akar
membusuk
|
|
Sphacrostilbe repens
|
Akar
membusuk
|
|
Syncephalastrum sp.
|
Pasca
Panen pembusukan
|
|
Trichoderma sp.
|
Pasca
Panen kerusakan
|
|
Xanthomonas manihotis
|
Singkong
busuk bakteri dan busuk kering kecil
|
|
Unknown
|
Frog
penyakit kulit
|
Penyakit
yang umum menyerang tanaman ubi jalar pada pascapanen adalah
1. penyakit busuk hitam, oleh
jamur Diplodia trubericola
2. busuk botryodiplodia,
3. busuk Phytophthora,
4. busuk Rhizopus, dan
5. busuk bakteri lembut.
Pengendalian
penyakit busuk hitam meliputi :
1. perbaikan kultur teknik budi daya,
2. penggunaan bibit yang sehat,
3. sortasi dan seleksi ubi di gudang,
dan
4. penggunaan pestisida selektif.
Penanganan pasca panen
Penyimpanan ubi yang paling baik
dilakukan dalam pasir atau abu.
Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu
adalah sebagai berikut:
a. Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering
selama 2-3 hari.
b. Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang
kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
c. Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun
dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi
tertutup.
V.
GAMBARAN KHUSUS
V.I
Kondisi Kekinian
a.
Peranan
Pewarna Makanan dalam Makanan
Sejak
zaman dahulu sudah menjadi kebiasaan umum untuk menambahkan pewarna makanan,
seperti misalnya annato, cochineal dan saffran, pada jenis-jenis makanan yang
memiliki warna yang kurang menarik.
Pada
masa kini pewarna makanan pada umumnya digunakan dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut :
1. Memperbaiki penampakan
dari makanan yang warnanya memudar akibat proses termal atau yang warnanya diperkirakan akan menjadi
pudar selama penyimpanan, misalnya sayuran.
2. Memperoleh warna yang
seragam pada komoditi yang warna alamiahnya tidak seragam. Dengan penambahan
pewarna diharapkan penampakan produk tersebut akan lebih seragam dengan
demikian penerimaan produk tersebut oleh konsumen juga akan lebih mantap.
Contoh : pewarnaan kulit jeruk.
3. Memperoleh warna yang
lebih tua dari aslinya. Misalnya pada produk-produk seperti minuman ringan dan
yogurt yagn diberi tambahan flavor tertentu konsumen seringkali mengasosiasikan
flavor tersebut dengan suatu warna yang khas.
4. Melindungi zat-zat flavor
dan vitamin-vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan. Dalam hal ini
pewarna tersebut berfungsi sebagai penyaring cahaya/tirai yang menghambat
masuknya cahaya.
5. Memperoleh penampakan yang lebih menarik dari bahan
aslinya, misalnya pewarnaan agar-agar.
6. Untuk identifikasi produk,
misalnya margarin berwarna kuning.
7. Sebagai indikator visual untuk
kulitas. Sehubungan dengan ini pewarna juga dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam proses pengolahan, penyimpanan dan pengawasan kualitas.
Sekarang ini penggunaan zat warna sudah
semakin luas terutama dalam makanan dan minuman,
karena warna makanan memberikan daya tarik bagi konsumen. Zat warna menurut
asalnya terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetik. Zat warna alami
(pigmen) adalah zat warna yang secara alami terdapat dalam tanaman maupun
hewan. Zat warna alami dapat dikelompokkan sebagai warna hijau, kuning dan
merah. Penggunaan zat warna alami untuk makanan dan minuman tidak memberikan
efek merugikan bagi kesehatan, seperti halnya zat warna sintetik yang semakin
banyak penggunaannya.
Zat warna sintetik lebih sering
digunakan karena keuntungannya antara lain stabilitasnya lebih tinggi dan penggunaannya
dalam jumlah kecil sudah cukup memberikan warna yang diinginkan, namun
penggunaan zat warna sintetik dapat mengakibatkan efek samping yang menunjukkan
sifat karsinogenik. Adanya batasan-batasan pada penggunaan beberapa macam zat
warna sintetik mengakibatkan pentingnya penelitian terhadap zat warna alami. Berkembangnya
industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah serta kualitas zat pewarna
alami menyebabkan pemakaian zat warna sintetis meningkat.
Pewarna sintetis pada makanan kurang
aman untuk konsumen karena diantaranya ada yang mengandung logam berat yang
berbahaya bagi kesehatan. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan pencarian alternatif
sumber zat pewarna alami. Zat pewarna alami yang berpotensi untuk diekstrak
diantaranya adalah antosianin (Hanum, 2000 dalam Sri Winarti 2008).
Salah satu sumber antosianin yang murah
dan banyak terdapat di Indonesia
adalah pada ubi jalar ungu karena pada ubi jalar ungu memiliki
kandungan antosianin
yang lebih besar dari pada ubi jalar dengan varietas yang lain
yaitu sebesar 11,051
mg/100 gr (Arixs, 2006 dalam Sri Winarti 2008).
Dipilihnya ubi jalar ungu dalam
penelitian ini karena komoditas ini telah banyak di Indonesia, khususnya
di Pulau Jawa sehingga mudah didapat, harganya relatif murah, tidak memberikan
efek merugikan bagi kesehatan, memiliki kulit dan daging yang berwarna
ungu sehingga kaya akan pigmen antosianin yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan varietas lain sehingga dapat di gunakan sebagai pewarna baik untuk minuman
maupun untuk makanan (Yoshinaga,1995 dalam Sri Winarti 2008).
V.II Metode – meode yang digunakan
Bahan dan Alat
Bahan :
1.
Ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas )
2.
bahan
kimia : aquades, ethanol 96%, asam
asetat, gula, garam, tepung karagenan, agar-agar warna putih.
Alat:
beaker
glass, blender, water bath, pisau,
termometer,
kompor, corong, erlenmeyer,
kertas
saring, pengaduk, timbangan,
penangas
air, kain saring, gelas ukur. Alat
untuk
analisa : tabung reaksi, corong
Spektrofotometer Spectronic 21D, pH
Ekstraksi zat warna ubi jalar ungu
Ekstraksi
adalah suatu cara untuk mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat
tersebut. Ekstraksi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan bahan. Proses ekstraksi memiliki dua bagian
utama, yaitu pelarut dan bahan utama. Pelarut (solvent) ialah zat untuk
melarutkan dan memisahkan solute (zat terlarut) dari material kelarutan lebih
rendah dari zat itu sendiri. Bahan utama adalah bahan yang mengandung zat yang
ingin diekstraksi
Ekstraksi pigmen
antosianin dari bahan nabati umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam
etanol. HCl dalam etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian
melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel. Pigmen antosianin dapat larut
dalam ethanol karena sama-sama polar. Namun, Proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut aquades lebih banyak keuntunganya dikarenakan senyawa yang
akan diekstrak merupakan senyawa polar, sedangkan aquades dan antosianin
merupakan pelarut dan bahan terlarut yang sama-sama memiliki sifat polar
(Wahyu,2014)
a. Ubi jalar ungu disortasi kemudian dikupas kulitnya sehingga
yang digunakan hanya dagingnya saja.
b. Dilanjutkan dengan pencucian dan penirisan.
c. Diiris dengan tebal ±0,3 cm kemudian ditimbang sebesar 100
gr.
d. Irisan daging ubi jalar ungu dihancurkan dengan blender +
pelarut
(1: 2 = bahan : pelarut)
selama 3 menit. Pelarut yang digunakan :
A1 = pelarut ethanol : asam asetat : air (5 : 1 : 25)
A2 = pelarut ethanol : asam asetat : air (10 : 1 : 20)
A3 = pelarut ethanol : asam asetat : air (15 : 1 : 15)
A4 = pelarut ethanol : asam asetat : air (20 : 1 : 10)
A5 = pelarut ethanol : asam asetat : air (25 : 1 : 5)
e. Ekstrak disaring dengan kain
saring sehingga didapatkan filtrat pigmen.
f. Filtrat pigmen diuapkan dengan water bath suhu 50°C untuk
menguapkan ethanol sehingga didapat
filtrat pigmen kental. .
g. Kemudian disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
endapan yang terbentuk sehingga didapatkan pewarna ubi jalar ungu
h. Pewarna Ubi jalar ungu dianalisa kimiawi, meliputi analisa pH
pelarut, analisa konsentrasi antosianin serta intensitas warna.
Stabilitas pigmen diuji terhadap pengaruh :
- pH 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9
- Kadar gula 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
- Kadar garam 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%
- Suhu pemanasan 70, 80, 90 dan 100°C
- Lama pemanasan 0, 30,60 dan 90 menit
- Pada pembuatan jelly karagenan dan agar-agar.
(Sri winarti,2008)
Pemasaran ubi jalar ungu
Ketika telah ada pewarna alami yang aman dan murah. Kenapa takut untuk
meninggalkan pewarna sintestis dan mencoba pewarna alami. Telah banyak olahan
makanan yang menggunakan bahan dasar ubi jalar ungu atau yang hanya
memanfaatkan ekstrak warnanya. Dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, ubi
dijadikan pengganti nasi oleh masyarakat dan kandungan antosianin, yaitu zat warna alami berwarna merah sampai ungu
digunakan untuk pewarna alami. Disamping itu, tanaman jenis ini mudah tumbuh di
segala musim, di daerah penggunangan maupun pantai serta komoditasnya banyak ditemukan
di Indonesia, terutama Jawa, sehingga mudah dibudidayakan. Banyak varietas ubi
jalar, mulai dari dari warna dan jenis, tapi disini saya memilih ubi jalar ungu
karena ubi ini mengandung antosianin, zat warna ungu yang jarang ditemukan di
tumbuhan lain, dan telah banyak juga olahan makanan yang menggunakan ubi jalar
ungu, mulai dari mie hingga es krim. Minat konsumen terhadap olahan makanan
dari ubi jalar ungupun sama tingginya
dengan produk olahan kentang dll.
Contoh
olahan dengan pewarna ubi jalar ungu :


Telaah Preventif
Ditinjau
dari kandungan zat dalam ubi jalar ungu, tanaman tersebut sangat aman untuk
pewarnan makanan sebagai pengganti pewarna sintetis. Disamping harganya yang
murah dan mudah ditemukan di Indonesia. Minat konsumen terhadap makanan dengan
bahan dasar umbi ubi jalar dan pewarnanya cukup tinggi, baik domestik maupun
manca negara. Dengan mudah tumbuhnya
tanaman ini tidak salahnya kalau Indonesia dapat menjadi produsen berbagai
olahan ubi jalar ungu serta zat pewarna
ungunya.
Untuk
itu diperlukan aturan – aturan yang mengikat guna untuk mencegah kecurangan –
kecurangan dalam perdagangan internasional terjadi, maka perlu diterapkan sebagai
berikut ;
1. Memperketat
peraturan pengeksporan komoditi yang dinilai mulai terancam diekspor
besar-besaran demi keuntungan segelintir orang
2. Menaikkan
bea cukai ekspor impor
3. Melindungi
hak cipta atau hak paten merk/brand dengan cara menetapkan sanksi yang jelas
serta benar-benar dilaksanakan.
VI.
KESIMPULAN
Pewarna
sintetis pada makanan kurang aman untuk konsumen karena diantaranya ada yang
mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh sebab itu, perlu
ditingkatkan pencarian alternatif sumber zat pewarna alami. Zat pewarna alami
yang berpotensi untuk diekstrak diantaranya adalah antosianin (Hanum, 2000
dalam Sri Winarti 2008).
Antosiani
merupakan zat warna merah sampai ungu bersifat flavoid yang terdapat di
sayuran, dan buah – buahan. Salah satunya pada ubi jalar ungu. Zat warna ini
mudah larut dalam air, sehingga aman untuk pewarna alami. Warna ungu yang
ditimbulkan juga sangat menarik, sehingga banyak olahan makanan yang
menggunakan ubi jalar ungu sebagai bahan dasar olahan makanan atau hanya
memanfaatkan warna ungunya untuk pengganti warna sintesis.
Antosianin
yang terkandung dalam ubi jalar ungu juga mempunyai manfaat yang baik untk
kesehatan diantaranya adalah antikanker, antioksidan dan dapat memperlancar
peredaran darah, sehingga sangat aman untuk pewarna alami untuk makanan.
Untuk mendapatkan zat tersebut perlu
dilakukan cara ekstrasi. Ekstraksi pigmen antosianin dari bahan nabati umumnya
menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol. Namun, Proses ekstraksi
dengan menggunakan pelarut aquades lebih banyak keuntunganya dikarenakan
senyawa yang akan diekstrak merupakan senyawa polar, sedangkan aquades dan
antosianin merupakan pelarut dan bahan terlarut yang sama-sama memiliki sifat
polar.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.UbiJalarUnguCegahKanker.http://akardanumbi.blogspot.com/2013/01/ubi-jalar-ungu-cegah-kanker.html, diakses 3 April
Anonim.2006. Pewarn Pangan. Ebook.com.
Apriliyanti, Tina.2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan sensori Tepung Ubi Jalar Ungu dengan Variasi Proses (Ipomoea batatas blackie) dengan
Variasi Pengeringan. Jurusan/Program Study Teknologi Hasil Pertanian : UNS.
- Eka,wahyu et all. 2014. JURNAL REVIEW: Kopigmentasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas var. Ayamurasaki) dengan Kopigmen Na- Kasein dan protein Whey serta Stabilitasinya Terhadap Pemanasan. FTP : Universitas Brawijaya Malang
Koswara,
Sutrisno.nd.Teknologi
Pengelolahan Umbi- umbian, Bagian 5 : Pengelolahan Ubi Jalar. IPB
: Bogor (http://seafast.ipb.ac.id) diakses 5 April
2014.
Kwartiningsih, Endang.2009. Zat Pewarna Alami Tekstil dari Kulit Manggis. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik : UNS
Marpaung,Monika.2011. Kajian Penggunaakan Kalsium Klordia (CaCl2) Terhadap Umur Simpan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Fakultas Teknologi Pertanian : Universitas Andalas Padang.
Rahayu,Praramitha et all.2012. Daya Terima dan Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Fakultas Teknik : Unnes
Sulastri,et
all.2013.Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.)
Hasil Budidaya Daerah Saree Aceh Besar. Prodi Pendidikan
Kimia, FKIP Unsyiah:Universitas Syiah Kuala
Winarti, Sri, et al. 2008. Eksktrasi dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.,) sebagai Pewarna Alami. Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri: UPN Jatim.

